Adab murid sulit dibatasi
dan dipastikan dalam penjelasan secara rinci. Allah telah menanamkan di dalam
setiap ruh semua hal yang terpuji dan tercela berkaitan dengan pemiliknya.
Tugas guru adalah mengeluarkan apa yang tersembunyi kepada muridnya. Guru tidak
menyuruh atau melarangnya, kecuali sesuatu yang tersembunyi di dalam ruhnya.
Pada mulanya, murid seperti biji tersembunyi. Di dalamnya terdapat bakal batang yang disini ditunjukkan dengan kejujuran atau kedustaan di dalam jalan spiritual. Jika ia jujur, maka buah kejujurannya bercabang dan berubah sehingga ia dapat mengawasi semua dan yang memakan hasilnya. Kejujuran dan kesalehan tampak dikalangan orang khusus dan orang awam. Bahkan kalau ia ingin menyembunyikan kesalehannya dari mereka, ia tidak akan mampu melakukannya. Jika murid itu pendusta dalam kecintaannya pada jalan spiritual, maka kedustaan, kemunafikan, dan riyanya akan tampak pada mereka. Bahkan sekiranya ia ingin menampakkan diri seperti orang jujur. Ia tidak dapat melakukannya, sebab perbuatan-perbuatan buruknya mendustakan pengakuannya, terkuak keburukan-keburukan dan tarekat pun menolaknya.
Pada mulanya, murid seperti biji tersembunyi. Di dalamnya terdapat bakal batang yang disini ditunjukkan dengan kejujuran atau kedustaan di dalam jalan spiritual. Jika ia jujur, maka buah kejujurannya bercabang dan berubah sehingga ia dapat mengawasi semua dan yang memakan hasilnya. Kejujuran dan kesalehan tampak dikalangan orang khusus dan orang awam. Bahkan kalau ia ingin menyembunyikan kesalehannya dari mereka, ia tidak akan mampu melakukannya. Jika murid itu pendusta dalam kecintaannya pada jalan spiritual, maka kedustaan, kemunafikan, dan riyanya akan tampak pada mereka. Bahkan sekiranya ia ingin menampakkan diri seperti orang jujur. Ia tidak dapat melakukannya, sebab perbuatan-perbuatan buruknya mendustakan pengakuannya, terkuak keburukan-keburukan dan tarekat pun menolaknya.
Setiap adab dalam syariat di
dalamnya terdapat adab lain dinamakan oleh ahli spiritual sebagai i’tibar, yang
bermakna menampakkan lahiriah akal pada batiniahnya. Bentuk suatu perbuatan
tetaplah satu, tetapi tujuannya bermacam-macam, seperti orang-orang yang
bersungguh-sungguh di jalan lahiriah. Sebagaimana orang-orang yang
bersungguh-sungguh di dalam syariat, mereka mendeduksi darinya adab-adab,
hukum-hukum, syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, keharaman-keharaman dan
kemakruh-makhruhan. Demikian pula mereka yang bersungguh-sungguh dalam tarekat
kaum sufi.
Salah satu adab murid adalah
tidak masuk ke dalam perlindungan guru hingga ia bertobat dari dosa-dosa, baik
lahiriah dan batiniah, seperti bergunjing, minuman khamar, dan hasud. Barang
siapa tidak menyucikan diri dari dosa-dosa baik lahiriah dan batiniah, maka ia
tidak boleh memasukinya. Keadaannya adalah seperti memasuki shalat, sementara
di badan atau pakaiannya melekat najis yang tidak dimaafkan atau di tuangi air.
Walau pun gurunya adalah wali terkemuka, ia tidak mampu membawanya berjalan di
jalan ahli Allah, kecuali kalau ia telah menyucikannya terlebih dahulu.
Diantara adab seorang murid
adalah memerangi nafsu sehingga ia tidak berdamai dengannya untuk
selama-lamanya. Barang siapa tidak memerangi nafsunya sejak awal, maka ia tidak
akan mencium harum di jalan tarekat. Sebab salah satu karakteristik jalan
Allah adalah bahwa bila seseorang hamba
tidak diberi jalan itu seluruhnya, ia tidak bisa menempuh sebagian darinya.
Seorang murid seharusnya tidak berbicara dan diam, kecuali karena terpaksa atau
keperluan yang dibenarkan guru, serta menutup pintu bicara yang sia-sia. Mereka
memandang sedikit bicara sebagai salah satu pilar Riyadhah.
Adab seorang murid yang
lainnya adalah sering lapar melalui cara yang sesuai dengan syariat. Inilah
pilar tarekat paling utama, sebagaimana pembuat tarekat memandang wukuf di
Arafah sebagai bagian utama dalam ibadah haji, seperti itu pulalah ahli Allah
menjadikan lapar sebagai tarekat itu. Pilar-pilar tarekat ada empat, yaitu
lapar, pengasingan diri (uzluh), keterjagaan dan sedikit bicara. Jika murid
lapar maka tiga pilar lainnya mengikutinya. Jika lapar termasuk adabnya, maka
akan sedikit bicaranya, banyak keterjagaannya dan menyukai pengasingan diri
dari orang lain.
Memelihara adab secara terus menerus kepada Allah serta
kepada para wali dan teman-temannya merupakan kewajiban seorang murid. Dengan
ibadah, seorang hamba memperoleh surga tetapi tidak memperoleh kehadiran
Tuhannya terkecuali dengan adab dalam beribadah. Barang siapa tidak memelihara
adab dalam ketaatan kepada-Nya, maka ia terhijab dari Tuhannya dengan tujuh
puluh hijab. Abdullah Bin Al-Jala pernah berkata, “Barang siapa tidak memiliki
adab, maka ia tidak memilki syariat, keimanan dan tauhid.” Maksudnya keimanan
dan tauhidnya tidak sempurna.
Para Guru sepakat bahwa
modal murid adalah mengingkari nafsunya. Oleh karena itu diantara adab seorang
murid adalah mengingkri nafsu dan tidak menyetujui ajakan dari nafsu tersebut.
Barang siapa menyerah pada ajakan nafsunya maka ia telah membinasakan dirinya.
Mengikuti hawa nafsu adalah mementingkan tidur daripada menghidupkan malam
seperti pada malam-malam musim panas. Inilah bukti dari tidak adanya kecintaan
kepada Allah. Barang siapa tidak mencintai Allah, maka ia adalah musuh Allah.
Allah telah mewahyukan kepada Nabi Daud AS, “Wahai Daud, berdustalah orang yang
mengaku mencintai-Ku, ia tidur dan lalai dari-Ku bila malam hari tiba,”. Allah
telah bersakasi bahwa orang yang tidur bukan karena terpaksa sesungguhnya
berdusta dalam mencintai-Nya.
Seorang murid harus
membiasakan diri tidak melanggar pilar-pilar dan syarat-syarat tarekat. Jika
salah satu pilar atau satu syaratnya rusak, maka yang lainnya mengikutinya.
Telah dijelaskan bahwa pilar-pilar tarekat ada empat, yaitu lapar, pengasingan
diri, diam, dan terjaga dari tidur. Selebihnya adalah pelengkapan diri saja.
Barang siapa kehilangan prinsip-prinsip ini, maka ia tidak akan memperoleh
hasil.
Diantara adab murid adalah bahwa ia berguru hanya
kepada seorang guru yang telah menguasai ilmu-ilmu syariat. Hal ini untuk
mencegahnya berkumpul dengan yang lain. Seorang murid sebaiknya memiliki hanya
seorang guru, ia tidak boleh memiliki dua guru karena bangunan tarekat kaum
sufi dilandasi oleh tauhid yang murni. Adab murid adalah menjadikan sebagai
modalnya memutuskan keterikatan dengan keduniaan. Termasuk syarat-syarat bagi
kemaksiatan ketika ia belum bertobat. Berteman dengan mereka kadang-kadang
menariknya kembali pada perbuatan yang telah ditobatinya. Pahamilah terlebih
dahulu agamamu dan kemudian masuklah ke dalam tarekat.
Diantara adab seorang murid
dan seorang guru adalah makan bersama diatas tikar. Mereka tidak makan
sendiri-sendiri kecuali karena uzur yang dibenarkan syariat. Termasuk adab-adab
mereka adalah sedikit berbicara ketika makan serta sedikit tertawa dan
berkelakar, karena pada dasarnya mereka berada di atas hidangan Allah. Barang
siapa duduk di suatu hidangan, hendaklah ia tidak pindah ke tempat lain kecuali
suatu kebaikan setelah berkonsultasi dengan guru atau pelayan. Pelayan pun
tidak boleh mengistimewakan siapapun dengan memberikan makanan bila makanan itu
bermacam-macm. Hal ini akan membuat iri hati para faqir yang lemah.
Termasuk adab mereka, bahwa
siapapun dari mereka tidak boleh berkata milikku, bajuku, atau sandalku kecuali
dengan keyakinan bahwa hal itu merupakan kenikamatan yang diberikan Allah
kepadanya. Ia tidak boleh mengatakan hal tersebut dengan kelalaian dan
pengakuan sebagai miliknya. Rahasianya adalah termasuk syarat kaum sufi yaitu
dengan tidak merasa memiliki apapun yang dikhususkan baginya.
Diantara adab mereka kepada Allah, tetapi jarang dilakukan
adalah menerima karunia Allah yang datang di malam dan siang hari. Karena ia
bisa melihat hati para hamba-Nya dalam sehari semalam. Dalam hal ini adab
mereka adalah tidak bersembunyi dari siapapun, kecuali karena uzur dan tidak
mengatakan “Kembalilah dan datang kemari di waktu yang lain. Mereka tidak boleh
melarang permintaan keculi karena suatu hikmah, bukan karena kebakhilan,
termasuk juga adab mereka yaitu mengembara dengan menghindari tempat yang
disitu orang-orang mengangungkan mereka dan dikhawatirkan timbulnya fitnah
serta meninggalkan orang yang tidak memiliki kebaikan tanpa berburuk sangka
kepadanya.
Adab seorang murid dan seorang guru dalam sama’ (konser spiritual)
yang dikenal di kalangan kaum sufi adalah tidak merasakan kekhawatiran akan
jatuh ke dalam kemunafikan segala sesuatu yang dapat menyatukan hati dengan
hadirat Ilahi adalah baik. Yang dimaksud dengan hadirat Ilahi adalah ucapan
tentang kesaksian bahwa ia berada di hadapan Allah. Jika ia terhalang dari
kesaksian itu, maka ia telah keluar darinya.
Diantara adab mereka adalah
menjauhi tempat-tempat tuduhan. Tidak termasuk tarekat mereka yaitu berteman
dengan perempuan dan anak muda yang belum tumbuh janggut, dan tidak berbicara
kepada mereka jika tidak ada keperluan yang mendesak. Dalam hal ini mereka
tidak duduk bersama di majelis sama’ sambil mengitari mereka. Tidak boleh ada
buruk sangka dalam hal ini, mereka harus bergaul pada waktu yang cocok. Termasuk
syarat-syarat mereka dalam hal ini adalah tidak duduk bersama pendebat yang
mengingkari keadaan-keadaan ahli tarekat berdasarkan hadist Nabi, “Tidak ada baiknya berdebat.” Pengetahuan
ahli Allah adalah pengetahuan Nabi Muhammad SAW, karena mereka terikat dengan
syariat, yang tidak membolehkan mereka keluar darinya dan mengambil pendapat
atau analogi kecuali dalam hal-hal jarang terjadi.
Termasuk adab mereka dalam
hal ini adalah menghukum kelupaan dan setiap hal yang merintangi mereka dari
kenaikan tingkat, karena mereka harus terus menerus berjalan. Mereka tidak
boleh mentoleransi murid yang melakukan kesalahan sebagai upaya memelihara
syariat dan kebaikan murid itu sendiri. Adab mereka adalah memenuhi hak orang
lain, tetapi mereka tidak boleh menuntut hak mereka dari orang lain. Selain
itu, adab mereka adalah menerima permintaan maaf. Termasuk syarat-syarat mereka
dalam hal ini adalah siapapun dari mereka tidak menipu yang lainnya. Mereka
bergaul dengan kesetiaan dan kepatuhan satu sama lain dalam kebaikan tanpa
pertengkaran dan perdebatan, baik dalam pemahaman maupun dalam hal-hal yang
dinyatakan secara jelas di dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Termasuk adab mereka adalah
kejujuran mereka tidak boleh berbicara tentang sesuatu yang dirasakannya karena
khawatir diri mereka membuat pengakuan suatu maqam yang belum mereka capai.
Termasuk prinsip tarekat mereka adalah mereka berbicara hanya tentang apa yang
mereka saksikan. Mereka memandang para pelaku kemaksiatan dengan pandangan
kasih sayang, bukan pandangan permusuhan dan penghinaan. Siapapun tidak boleh
menganggap bahwa kemaksiatan melekat pada diri orang yang melakukannya. Mereka
harus menolong orang yang teraniaya dan mendahulukan pertolongan serta wirid
mereka dan semua ibadah.
Termasuk adab mereka adalah
bersikap qana’ah, yakni merasa cukup dengan rezeki yang ada tanpa berharap
memperoleh tambahan. Masih banyak lagi adab dan syarat bagi seorang murid dan
seorang guru, yang diantaranya merasa sedih ketika melihat kemungkaran, menahan
pandangan, mendamaikan orang yang berselisih, pura-pura tidak mengetahui aib
orang lain, bersedekah setiap hari kepada semua hamba Allah, tidak menoleh ke
belakang, bersikap optimis, bersikap sederhana dalam berpakaian, mendahulukan
orang fakir, senantiasa mawas diri dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan TANGGAPAN Anda Tentang INFO ini untuk Memberikan INSPIRASI dan MOTIVASI Pembaca Lain. Tinggalkan KOMENTAR Anda DISINI