Yang terakhir, salah
satu rezeki yang baik adalah pekerjaan yang baik. Rezeki ini jarang dipikirkan
dan direnungkan oleh banyak orang. Mereka terbawa oleh rutunitas keseharian.
Berangkat pagi dan pulang petang, tanpa memikirkan apakah sebetulnya pekerjaan
yang ia lakukan di kantor, pasar maupun tempat – tempat lain itu baik atau
tidak.
Padahal pekerjaan yang
baik adalah rezeki yang baik yang diberikan Allah pada kita. Bagaimana
pekerjaan yang baik menurut Islam? Pekerjaan yang menjadi rezeki yang baik
adalah pekerjaan yang tidak menjauhkan dirinya dari ibadah kepada Allah. Bisa waktunya
ia mengerjakan pekerjaan tersebut padat. Namun tidak menjadi masalah jika ia
meninggalkannya untuk shalat atau rapat – rapat kerohanian. Seseorang yang
sibuk (atau menyibukkan diri?) dengan pekerjaannya sehingga ia tidak bisa
melakukan ibadah (bukan karena ia malas ibadah) maka pekerjaan tersebut musibah
baginya. Ia harus segera keluar kalau tidak bisa memperbaiki pola kerjanya.
Memang bekerja sebagai suatu kewajiban yang diperintahkan agama, terutama bagi
laki–laki. Tapi kewajiban ibadah lebih diprioritaskan sebagaimana sabda Nabi
saw, ‘Mencari pekerjaan yang halal adalah
wajib, setelah kewajiban – kewajiban ibadah.’
Di samping pekerjaan
yang kita lakukan tidak menghalangi kita untuk melakukan ibadah, pekerjaan yang
baik adalah yang sesuai atau cocok dengan kita. Pekerjaan tersebut sesuai
dengan impian kita, sesuai dengan bakat kita, sesuai dengan profesi kita,
sesuai dengan hati nurani kita. Pekerjaan yang membuat kita tidak ikhlas juga
termasuk musibah bagi kita. Sebab kita tidak akan dapat mensyukuri rezeki yang
satu itu jika tidak ikhlas. Oleh karena itu, carilah pekerjaan yang sesuai dan
cocok dengan diri kita.
Selain cocok, pekerjaan
yang baik harus dapat meningkatkan integritas kita. Jangan sampai karena kita
suka atau cocok dengan pekerjaan tersebut, kita menjadi tidak berkembang dan
tidak bertambah kemampuannya. Integritas yang terdiri dari kompetensi terhadap
pekerjaan dan kultur budaya kerja yang baik menjadi syarat pekerjaan yang baik.
Ia dibutuhkan untuk mengembangkan karier dan potensinya agar lebih maju.
Kemajuan itulah yang membuat ia merasa berhasil. John Ruskin berkata, “Agar
orang dapat berbahagia dalam melakukan suatu pekerjaan diperlukan tiga hal,
mereka harus menyenangi pekerjaan tersebut, mereka tidak perlu terlalu bekerja
keras, dan mereka harus memiliki suatu rasa keberhasilan dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut.”
Seperti kata HM. Syaiful M. Maghsri, pekerjaan yang baik
adalah yang tidak terlalu berat. Meskipun orang dapat beribadah dalam bekerja,
juga pekerjaannya sesuai dengan keinginan, namun kalau terlalu berat itu tanda
– tanda kurang baik. Rasullah pun pernah menyatakan bahwa seseorang yang
bekerja mengharapkan dunia, Allah akan membuat pekerjaan tersebut menjadi susah
dan berat. Artinya dengan pengertian terbalik, orang yang pekerjaannya susah
dan berat termasuk orang yang bekerjanya mencari dunia. Padahal bekerja semata
– mata hanya mencari dunia dilarang oleh Allah. Bekerja adalah ibadah. Allah
menyukai ibadah yang ringan tapi istiqamah, seperti sabda Nabi “Sebaik–baik
ibadah adalah yang ringan namun rutin.”
Itulah rezeki yang
baik. Allah memberikannya tidak melulu berupa harta, namun bisa juga keluarga,
teman, tetangga, dan pekerjaan. Semua
rezeki yang baik tersebut patut direnungkan keberadaannya. Jangan sampai
kita lupa mensykuri atau hanya mensyukuri nikmat harta saja. Keempat rezeki
yang lainnya, dalam banyak hal, justru lebih besar nilainya dibanding rezeki
harta. Oleh karena itu, sekali lagi jangan lupa mensyukurinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan TANGGAPAN Anda Tentang INFO ini untuk Memberikan INSPIRASI dan MOTIVASI Pembaca Lain. Tinggalkan KOMENTAR Anda DISINI