Rezeki, sebagaimana juga jodoh dan
kematian merupakan takdir Allah. Namun demikian, masih saja manusia
mempersoalkannya, walaupun Allah pula yang menyatakan bahwa kita masih punya
“andil” dalam menentukan takdirnya. Misalnya dengan berusaha dan berdoa. Dengan
semakin keras kita berusaha, rezeki akan mudah didapat. Bahkan Nabi Muhammad
SAW mengajarkan tindakan-tindakan untuk memperlancar datangnya rezeki diantaranya
dengan bersilaturahmi.
Syaiful M. Maghsri memaparkan bahwasanya
persoalan yang selalu menghinggapi
sebagian manusia soal rezeki adalah saat menerimanya. Menurut ia juga
salah satu sifat manusia adalah kurang puas, terutama soal materi. Bahkan,
apabila mendapat emas segunung, masih akan mengincar dan mengusahakan supaya
bisa menjadi dua gunung, demikian sabda Nabi Muhammad SAW, “Tidak banyak orang
yang bersyukur atas apa yang dikaruniakan Allah kepadanya”. Allah menyatakan,
“Sedikit dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” Ketiadaan rasa syukur ini
menghambat manusia melihat rezeki yang telah diterimanya.
Padahal nikmat Allah yang diberikan
kepada manusia sangat banyak. Mulai dari baangun tidur hingga kembali mata
terlelap di larut malam, niscaya kita kerepotan menghitungnya. Misalnya,
tatkala bangun pagi kita mendapatkan diri kita tidur dalam kasur yang empuk.
Barangkali lima atau sepuluh tahun lalu kita masih tidur pada tikar di atas
balai-balai sehingga ketika bangun badan pegal-pegal semua. Saat mengambil air
wudhu kita merasakan kesegaran air di kamar mandi kita yang mengalir di antara
sela-sela jari maupun wajah kita.
Salah satu kiat gampang mensyukuri
rezekidari Allah adalah dengan menbandingkan orang lain atau kita sendiri pada
kondisi yang lebih buruk. Dengan selalu dihadapkan pada kondisi seperti itu
tentu manusia akan sering bersyukur.
Melihat apa saja yang ada sebagai rezeki
memang tidak gampang. Menurut HM. Syaiful M. Maghsri, manusia sering mengukur
keberadaan rezeki dengan harta yang di punyainya. Padahal rezeki yang diberikan
Allah tidak melulu bersifat materi. Ia juga memaparkan bahwasanya masyarakat
umum memang sering mengartikan rezeki dengan harta atau bahkan uang. Sebenarnya
rezeki bisa saja tidak berupa harta, dia bisa saja berupa sesuatu yang sifatnya
non materi, dan ia bisa merupakan suatu keadaan yang menjadikan kita mau
bersyukur kepada-Nya. HM. Syaiful M. Maghsri memaparkan bahwasanya dalam Islam
rezeki yang dianggap baik sebagi berikut :
Harta Yang Baik
Menurut HM. Syaiful M.
Maghsri Rezeki dalam pandangan manusia kebanyakan adalah karunia berupa harta.
Allah memberikan rezki kepada manusia dalam segala kondisi, artinya mannusia
bisa mendapatkannya dengan cara yang halal, bisa pula dengan caara yang haram.
Harta haram juga merupakan rezeki dari Allah, tapi Allah memberikan dengan
tidak “rela”. Dalam menangkap rezeki yang yang dicurahkan oleh-Nya, manusia dianjurkan
dengan cara yang halal. Misalnya dengan bekerja keras sesuai tuntutan yang
telah diberikan agama.
Kriteria awal harta yang baik adalah harta yang didapat
dengan cara yang baik. Bagaimana cara mendapatkan harta yang baik. Kriteria
berikutnya mengenai harta yang baik sebagai rezeki dari Allah adalah
penggunaannya pun secara baik pula, seperti apakah harta yang baik dilihat dari
penggunaannya.
a. Harta yang Mendekatkan Pemiliknya Kepada Allah
Menurut HM. Syaiful M.
Maghsri harta yang baik adalah harta yang didapat dari cara yang halal dan
harta tersebut makin mendekatkan pemiliknya dengan Allah. Ia menuturkan harta
yang justru menjauhkan pemiliknya dengan Allah adalah musibah. Syaiful
memaparkan tipe manusia seperti ini jelas tidak akan bersyukur atas apa......Baca Selengkapnya DISINI
b. Harta yang Bermanfaat Bagi Orang Lain
Berikutnya adalah
rezeki yang membawa manfaat bagi umat manusia. Contoh klasik adalah harta yang
dibelanjakan untuk keperluan amal jariah seperti pembangunan masjid, gedung
untuk sekolah, rumah sakit, panti asuhan, penampungan orang jompo, dan
sebagainya. Seseorang yang menggunakan kelebihan hartanya untuk kepentingan
seperti itu akan mendapatkan imbalannya secara......Baca Selengkapnya DISINI
c. Harta yang Pemiliknya Merasa Cukup
Harta yang baik sebagai
rezeki dari Allah adalah harta yang tidak menggerogoti jiwa pemiliknya. Harta
tersebut tidak seperti air laut, yang setiap kali kita meminumnya jika haus,
akan membuat kita makin haus. Harta yang baik adalah harta yang pemiliknya
merasa cukup dengan harta itu. ia tidak silau dengan kemegahan dan kemewahan.
Hidupnya sederhana, karena ia merasa dengan harta itu......Baca Selengkapnya DISINI
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan TANGGAPAN Anda Tentang INFO ini untuk Memberikan INSPIRASI dan MOTIVASI Pembaca Lain. Tinggalkan KOMENTAR Anda DISINI