Tasawuf berasal dari kata shafa (bersih) atau shuf
(bulu domba). Istillah Shafa menunjuk
pada adanya pola spiritualitas untuk pembersihan jiwa. Sedangkan Shuf (pakaian wool da bulu domba)
merupakan pakaian khas kaum asketis (zâhid)
klasik sebagai simbol keserdehaan. Pelaku Tasawuf kehidupannya diisi
dengan perjuangan dan penyucian jiwa untuk pemurnian hati (al-qalb). Keserderhanaanan yang dilambangkan dengan pakaian wool dari
bulu domba dimaksudkan sebagai pola hidup dalam kesucian yang tidak
terkontaminasi energi negatif dari aspek-aspek keduniawian. Energi-energi
negatif dalam bentuk nau dan vibrasi setan merupakan hal utama yang harus
ditekan. Energi negatif inilah yang membuat jiwa menjadi kotor, hingga hijab
antara manusia dengan Allah semangkin tebal, sehingga terjatuh dalam dzulumât (kegelapan).
Untuk mengeluarkan energi negatif ini
maka di dalam tasawuf diajarkan qiyamulail
(the night vigil) atau shalat
malam dan zikir-zikir dengan teknik muraqabah
(meditasi) yang paling ampuh untuk mengusir pengaruh vibrasi setan dan getaran
nafsu tubuh, sehingga dapat menjadikan seseorang merasa segar dalam kondisi
kejiwaan yang baik. Shalat dan zikir malam merupakan olah ruhani yang akan
memiliki implikasi positif yang sangat luar biasa bagi perkembangan tubuh,
emosi, mental, dan spiritual.
Dalam perkembangannya, tasawuf merupakan
reaksi atas paham intelektualisme agama yang menjadikan agama sebagai komoditas
intelektual, reaksi terhadap formalisme (paham serba formal) yang menjadikan
agama kering tanpa penghayatan, dan reaksi terhadap paham serba materi
(keduniawian) yang mementingkan aspek fisik duniawi (kekayaan, harta, pangkat,
jabatan dan sebagainya). Sebagai jalan ruhani, tasawuf bersumber mata air dari firman Allah SWT dan
nada-nada nubuwwah. Walaupun tidak dipungkiri adanya pengaruh dari
praktik-praktik mistis. Esoterisme Islam (mistisisme Islam), sebuah laku
spiritual berbabsis pada tradisi Islam.
Di dalam tasawuf dikenal istilah tasawuf
akhlagi (menitik beratkan pada
moralitas). Tasawuf akhlagi menekankan
jalan penyucian jiwa agar bersih, guna menuju kesempurnaan. Dalam konteks ini,
tasawuf diawali dengan takhalli (pembersihan
jiwa dari unsur energi negatif), tahalli (penghiasan
diri dengan energi Ilahi/positif) sampai pada tajalli (tersingkapnya nur gaib bagi hati yang bersih. Tajalli merupakan keadaan terbuka
hatinya, sehingga dapat melihat cahaya Ilahi. dengan laku-laku moral spiritual
ini, peserta Pelatihan Ilmu Bioenergi melakukan ritual-ritual spiritual untuk
menangkap cahaya-Nya yang begitu besar dan menakjubkan dalam rangka melakukan
eksistensi.
HM. Syaiful M. Maghsri memaparkan
perbaikan akhlak tasawuf menekan ajaran-ajaran jalan mistik (spiritual esoteris)
menuju kepada Yang Ilahi. Tasawuf yang demikian disebut tasawuf ‘Amali’. Amali
artinya bentuk-bentuk perbuatan, yaitu sejenis lika-liku menempuh perjalannan
spiritual yang sering disebut thariqah (tarekat, perjalanan spiritual). Dalam
konteks ini menurut Syaiful M. Maghsri yang dikenal dengan adanya (santri),
musyrid (guru, syekh) dan juga alam kewalian. Laku tarekat dimaksudkan untuk
melakukan perluasaan kesadaran dari kesadaran nafsu ke kesadaran ruhaniah yang
lebih tinggi.
Semangkin manusia dapat menaiki jenjang
spiritual ke arah tingkatan kehidupan yang lebih tinggi, maka semangkin dapat
menemukan pengetahuan esoterik (ma’rifat). Oleh karena itu, maka dikenal
istilah maqamat (stasion-stasion spiritual), yang menunjuk pada tingkatan kesadaran spiritual
(sebuah kesadaran jiwani) di mana seseorang sufi sudah dapat mencapainya.
Tasawuf
merupakan penempaan jiwa untuk menguatkan energi dalam rangka evolusi spiritual
menuju Absolusitas Ilahiyah. Proses penempaan ini sangat efektif untuk
pembersihan hati dari berbagai penyakit hati yang tersembunyi. Implikasinya,
tubuh pun akan menjadi sehat, karena jiwa yang bersih. Pada tahap lanjut,
tasawuf sebagai sebuah metode berkembang dalam banyak varian. Tarekat adalah
pengembangan tasawuf untuk tujuan peningkatan spiritualitas di samping
peningkatan moralitas. Tarekat adalah sebuah jalan spiritual yang di dalamnya
terkandung teknik dan cara pembersihan hati dari kotoran-kotoran yang menjadi
penyekat atau tabir (hijab) untuk mengenal Allah SWT. Bersihnya hati
mengindikasikan adanya daya tangkap manusia terdalam, halus, dan tinggi yang
bergetar setelah menerima energi Ilahi dalam penghayatan ilahiyah yang tak
terukur dan tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dalam pengertian ini, maka
tarekat sama fungsi dasarnya dengan zikir (Bioenergi) atau pun lika-liku
spiritual lain, khususnya dalam aspek metodologis.
Lebih spesipik, taswuf juga dikembangkan
dalam bentuk penyembuhan (sufi healing).
Penyembuhan dengan metode tasawuf sudah
berkembang dalam waktu yng sangat panjang. Bahkan menjadi pola penyembuhan
alternatif yang banyak diminati masyarakat. zikir-zikir dan lika-liku tasawuf
secara umum akan memunculkan energi positif yang datang dari Allah SWT yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan, penyembuhan dan spiritualitas. Juga dari
tangan-tangan para sufi itu energi Allah SWT mengalir secara menakjubkan, baik
untuk penyembuhan maupun penyelarasan-penyelarasan.
Dalam konteks ini, tidak dibahas tasawuf
secara panjang lebar, tetapi lebih difokuskan pada muatan-muatan
spiritualitasnya dalam memberi warna bagi peserta Pelatihan Ilmu Bioenergi.
Tasawuf yang menekankan pada komunikasi kepada Allah SWT akan berimplikasi pada
kesucian hati, kebersihan pikiran dan kebahagian jiwa. Lebih lanjut, kondisi
psikologis yang selaras dan seimbang tersebut akan memunculkan setidak-tidaknya
tiga hal yaitu, kesehatan, kemampuan luar biasa dan transendensi spiritual.
Dari perspektif inilah, Syaiful M. Maghsri bermaksud memasukkan nilai-nilai
moral tasawuf dalam praktik Pemanfaatan Bioenergi. Ia sendiri membuktikan bahwa
praktik-praktik Bioenergi dengan moralitas sufistik akan lebih luar biasa
dampaknya bagi peningkatan kualitas organ fisik dan psikis yang dimiliki
manusia.
Olah spiritual merupakan fenomena
universal. Menurut Syaiful M. Maghsri ,sesorang yang memiliki kesadaran tinggi melebihi kesadaran
banyak orang akan dihiasi dengan hati yang bersih, keluhuran moral dan ketekunan dalam latihan spiritual, maka akan memiliki kelebihan dalam kemampuan
psiko-spiritual.Kemampuan Ini tidak dibatasi oleh agama tertentu, sebagaimana ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sifatnya lintas agama karena universalitasnya. Jika ada
orang-orang yang memiliki keahlian, di bidang spiritual maupun iptek, maka hal
ini disebabkan karena mereka dapat memahami fenomena alam (ayat kauniyah). Spiritualitas dan sains adalah fenomena universal
yang tidak perlu dilihat apa agamanya, tetapi apa manfaat dari penemuannya bagi
kemaslahatan umat manusia. Memanfaatkan Bioenergi sama artinya dengan
memanfaatkan energi air atau pun sinar matahari untuk listrik dan sebagainya.
Islam adalah agama rahmat untuk
keselamatan dunia akhirat. Misi penyelamatan, rahmat dan perdamaian (al-Islam) bukan hanya untuk umat Islam
saja tetapi juga untuk sekalian alam. Inilah makna Islam sebagai rahmatan lil’alamin (rahmat bagi
sekalian alam). Oleh karena itu, ilmu apa pun yang memiliki misi rahmat dan
penyebar kedamaian di dalam kehidupan ini, maka bersesuaian dengan misi Islam.
Rahmat dalam segala variannya adalah bagian penting dan sangat ditekankan dalam
kosmologi Islam.
Oleh karena itu, untuk menarik hubungan
antara Bioenergi dan Islam bukan dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an dan
nada-nada nubuwwah terkait Bioenergi. Hal ini tidak akan diketemukan. Bioenergi
merupakan teknologi spiritual yang diketemukan jauh pasca kenabian, sebagaimana
nuklir merupakan teknologi atom-material yang diketemukan era modern. Karena
merupakan produk ijtihadi manusia
sebagai khalifah fil ardl, Bioenergi
tidak dapat dinilai secara eksplisit dari keterangan-keterangan kitab suci
sebagaimana kitab suci juga tidak pernah bicara nuklir. Yang penting adalah
apakah Bioenergi itu bertentangan dengan ide-ide moral ajaran syariat Islam atau tidak.
Bioenergi sebagai olah spiritual untuk kesehatan dan peningkatan spiritual
bertujuan untuk menciptakan manusia yang sehat, berkepribadian luhur dan
memiliki spiritualitas tinggi. Ini adalah rahmat bagi sesama. Oleh karenanya,
maka tidak ada alasan menolak Bioenergi hanya karena tidak pernah dilakukan
oleh Nabi atau tidak disebut di dalam Al-Qur’an. Sebagaimana nuklir atau pun
penggunaan teknologi modern dan juga tidak pernah di sebut dalam Al-Qur’an
serta nada nubuwwah. Memahami basis moral Bioenergi dan filosofi yang
mendasarinya adalah lebih tepat menilainya ketimbang bersikap skriptiralis atau
melihat secara hitam-putih di sisi luar kulitnya.
Ada beberapa argumen yang dapat
digunakan sebagai dasar nalar bahwa Bioenergi tidak bertentangan dengan Islam,
yaitu :
1.
Islam
sebagai agama rahmat akan membenarkan proses-proses ijtihadi (pengembangan dari daya nalar atau intuisi) manusia dalam
mewujudkan manusia berkualitas yang sehat, baik secara fisik, psikis, mental
maupun spiritual. Dari perspektif ini, maka tidak ada ruang tembak untuk
menyudutkan bahwa Bioenergi bertentangan dengan agama, karena praktik Bioenergi
ditujukan untuk kesehatan, fisik, psikis, mental dan spiritual.
2.
Bioenergi
yang dimanfaatkan praktisi Bioenergi kepada orang lain, binatang, tumbuhan,
makanan, minuman atau lokasi (ruangan) untuk mengusir energi negatif dalam
berbagai varian bentuknya, hanya akan mengalir
karena kepasrahan (kondisi tawakkal) kepada Allah SWT. Hal ini
mengindikasikan bahwa praktik Bioenergi adalah praktik religius, karena selalu
harus dibarengi keyakinan adanya prakarsa Allah SWT di balik seluruh praktik
spiritual yang dijalani. Tidak ada satu pun pratiksi Bioenergi yang menjadikan
Bioenergi sebagai Tuhan, karena yang demikian tidak akan dapat mengalirkan Bioenergi.
Keunikan Bioenergi adalah sekaligus membantah bahwa Bioenergi itu syirik,
karena Bioenergi adalah energi hidup yang ada di alam semesta ini serta tidak
mengandung azimat, jin, maupun klenik.
3.
Ilmu tidak
dipandang dari siapa penemunnya, tetapi bagaimana pola kerja dan manfaatnya
bagi kemanusiaan. Ilmu dan teknologi bersifat universal, sehingga dianjurkan
umat Islam untuk mencarinya di mana pun dan kapan pun, selagi tidak
bertentangan dengan ajaran syariat. Nabi pun pernah bersabda, “Tuntutlah ilmu
walau sampai negeri Cina.” Ilmu secara aksiologis tidak dilihat dari mana
asalnya, tetapi bagaimana cara memperoleh, mempraktikkannya, tujuan praktik dan
manfaatnya bagi umat manusia.
4.
Setiap
peserta Pelatihan Ilmu Bioenergi, senantiasa berdoa sebelum melakukan
latihan-latihan, baik self healing,
penyembuhan orang lain maupun ketika zikir. Doa adalah inti dari agama, dan
dari doa itulah terjadi hubungan makhluk dengan Tuhan. Doa tidak mungkin
dilakukan untuk kejahatan-kejahatan. Selain itu Bioenergi hanya dapat
dipergunakan dalam hal-hal yang sifatnya positif. Jika berusaha melakukan upaya
negatif dengan Bioenergi, maka yang demikian akan gagal. Islam hanya menentang
pengalaman lika-liku spiritual yang salah (syirik, menyekutukan Tuhan) maupun
untuk kepentingan negatif (ma’shiyyah).
Cara-cara yang ditempuh Bioenergi adalah cara-cara luhur yang tidak diketemukan
muatan-muatan laku syirik (penyekutuan terhadap Tuhan). Bioenergi tidak lebih
dari upaya spiritual mengakses energi alam yang disediakan Allah SWT.
5.
Peserta
Pelatihan Ilmu Bioenergi tidak mengenal mantra-mantra atau sesaji-sesaji dalam
bentuk apa pun. Bioenergi merupakan olah spiritual murni untuk membersihkan
jalur-jalur energi agar dapat mengakses energi Ilahi untuk kemaslahatan umat
manusia maupun rahmat bagi sekalian alam. Seorang praktisi Bioenergi, dalam
penyaluran Bioenergi yang hanya dapat disalurkan dengan niat, kontak dengan
Allah SWT dalam kepasrahan dan sikap tenang, santai, fokus, rileks.
6.
Bioenergi
masuk ke tubuh peserta melalui generator tubuh, yaitu jalur yang sifatnya Ilahi
dan menjadi pusat tubuh spiritual manusia. Bioenergi yang masuk melalui
generator tubuh dipastikan tidak terkontaminasi energi negatif dalam bentuk apa
pun. Bioenergi sebagai energi hidup yang masuk
melalui generator kepala, tidak dapat ditumpangi oleh kekuatan-kekuatan
negatif baik dari setan, jin jahat maupun sihir. Dari perspektif inilah maka
peserta Bioenergi dikatakan sebagai praktik spiritual yang positif dan
religius.
7.
Meditasi
Bioenergi dapat dilakukan berbarengan dengan zikir-zikir dalam berbagai varian
teknisnya. Energi positif hanya dapat bersenyawa dengan energi yang memiliki
sifat yang sama. Sebagai seorang muslim, dzikir merupakan kontak komunikasi
antara makhluk dengan Sang Khalik. Memanfaatkan Bioenergi sambil zikir
merupakan kenikmatan psiko-spiritual yang luar biasa, baik dari sisi proses
maupun manfaatnya. Jika Bioenergi berbasis pada energi negatif, pasti
persenyawaan tidak mungkin terjadi.
8.
Bioenergi
yang secara fungsional dimanfaatkan untuk menekan segala macam bentuk energi
negatif (penyakit fisik dan nafsu-nafsu rendah) sangat mendukung ajaran Islam.
Bukankah agama memerintahkan untuk menekan nafsu-nafsu rendah guna meningkatkan
kesadaran?
9.
Bioenergi
meningkatkan keimanan, selain melakukan kontak dan komunikasi dengan Allah SWT
dalam ritual keseharian, seorang praktisi Bioenergi juga melakukan komunikasi
dengan-Nya ketika melakukan Adjustment,
baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Secara kuantitatif dan kualitatif,
komunikasi dengan Allah SWT secara lebih sering akan dapat meningkatkan keimanan.
Komunikasi dengan Tuhan adalah bagian terpenting dalam Bioenergi. Hal ini
sangat menunjang peningkatan kualitas keberagamaan dan religiusitas para
peserta Pelatihan Bioenergi.
10.
Dalam
pemanfaatan Bioenergi dilandasi oleh empat prinsip pemanfaatan; Pertama, Keyakinan yaitu yakin pada
Allah bahwa sumber permohonan dan pertolongan adalah Allah; yakin pada diri
sendiri dan yakin pada apa yang dilakukan. Kedua,
Niat, tidak ada satu amalpun yang tidak didahului dengan niat. Niat dilakukan
dengan doa dan zikir pada Allah. Ketiga,
Usaha; dengan cara dan metode yang halal tidak bertentangan dengan syariat
agama. Keempat, setelah usaha yang
sungguh-sungguh dilanjutkan pasrah kepada Allah (tawakal) yaitu posisi hati
dimana seseorang tidak memikirkan hasil usahanya karena hasilnya adalah dari
Allah semata.
Bioenergi tidak mungkin bersenyawa
dengan kekuatan jin-jin jahat dan setan atau pun sihir. Seandainya terlihat
seorang peserta Pelatihan Bioenergi diikuti jin, maka ini merupakan dua hal
yang berbeda. Jika jin itu diusir, maka praktisi Bioenergi masih tetap dapat
mengalirkan Bioenergi seperti semula. Ini bisa dibuktikan sekaligus pertanda
bahwa Bioenergi bukan dari jin maupun klenik, apalagi energi setan. Semakin
seseorang menekuni Bioenergi, maka kesadarannya akan semakin luas, pengalaman
sensasional semakin banyak, dan rahasia-rahasia kehidupan dimengerti.
Dari berbagai
argumen ini, maka jelas dan pasti bahwa Bioenergi bukanlah klenik, azimat
maupun mengandung jin dan bukan suatu olah spiritual yang bertentangan dengan
agama mana pun. Bioenergi merupakan energi yang masuk melalui generator tubuh,
sehingga tidak benar bahwa Bioenergi mengakses energi jin. Syaiful sendiri
membuktikan bahwa Bioenergi justru dapat mengusir atau setidaknya membuat panas
bagi jin-jin jahat yang bersarang di tubuh atau lokasi tertentu. Jika Bioenergi
berasal dari energi jin, maka dipastikan peserta Pelatihan Bioenergi akan
memiliki amarah yang semangkin kuat akibat ditunggangi kekuatan jin yang
tercipta dari api.
Pada akhirnya, keyakinan akan kekuasaan
Tuhan akan bertambah. Nafsu duniawi pun terkendali, gila materi mulai terbakar
dan emosi amarah mulai terkikis. Kesehatan manusia seutuhnya (lahir dan bathin)
inilah yang menjadi salah satu kata kunci penting dalam Islam.
Menurut Syaiful
M. Maghsri Bioenergi merupakan tradisi spiritual yang melengkapi kehidupan
beragama. Ia memaparkan bahwasanya Bioenergi sangat bermanfaat bagi terciptanya
manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang sehat secara fisik, sadar akan eksistensi
psikisnya dan spiritualitas yg yang memiliki sandaran yang jelas. Fenomena
semacam ini dapat dikatakan sebagai fenomena saintifik magis karena
spiritualitas agama digabungkan dengan teknologi spiritual untuk membuat
rumusan tentang fenomena alam dalam kerangka menciptakan teknik-teknik bagi
keberhasilan kehidupan.
Bioenergi lebih sebagai ide dan gerakan
moral yang membumi dengan muatan sufistik untuk kesehatan, keselarasan psikis
dan peningkatan spiritualitas yang religius. Bioenergi juga tidak dimaksudkan
untuk memaksakan ajaran tasawuf tertentu dalam praktik Bioenergi atau
memaksakan simbol-simbol tarekat dalam praktek Bioenergi. Penekanan Bioenergi
adalah memberikan muatan sufistik (moralitas dan spiritual agama Islam) agar
religiusitas Bioenergi semangkin berkualitas. Jadi Bioenergi merupakan teknik
pemanfaatan energi hidup yang diberi muatan-muatan moralitas dan spiritualitas
tasawuf untuk meningkatkan kualitas energi dan penghambaan kepada Allah SWT (ta’abbud ilallah). Ibadah sufistik erat
kaitannya dengan praktik mistis-spiritual.
Bioenergi merupakan olah spiritual yang
sifatnya universal, lintas agama, budaya dan tradisi. Bioenergi bukanlah agama,
tetapi tidak bertentangan dengan agama mana pun, sebagaimana sains dan
teknologi yang tidak terkait dengan agama mana pun. Ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan hasil ijtihadi
(pengembangan fakultas) dari rasionalitas manusia, sedangkan Bioenergi dan juga
teknik spiritual lainnya merupakan hasil ijtihadi
dari fakultas ruhani manusia. Lebih baik itu, Bioenergi bukan saja tidak
bertentangan dengan agama tetapi justru bermanfaat bagi keberagaman praktisinya
yang tersebar di berbagai agama dan negara manapun.